Sejarah Pecinta Alam Indonesia
Source image : unsplash.com/@asepaskenny
Tidak mengambil apapun, kecuali mengambil foto,Tidak meninggalkan apapun, kecuali meninggalkan jejak,Tidak membunuh apapun, kecuali membunuh waktu,Tidak mengalahkan siapapun, kecuali mengalahkan ego.
Sejarah Singkat Pecinta Alam Indonesia
Konsep Pecinta Alam dicetuskan oleh
Soe Hok Gie pada tahun 1964. Gie sendiri meninggal pada tahun 1969 karena
menghirup gas beracun Gunung Semeru. Gerakan “Pecinta Alam” awalnya adalah
pergerakan perlawanan yang murni kultur kebebasan sipil atas invasi militer
dengan doktrin militerisme – patriotik. Perlawanan ini dilakukan dengan
mengambil cara berpetualang dengan alasannya yakni :
“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan
kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia – manusia yang tidak percaya pada
slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi ( kemunafikan ) dan
slogan – slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia
mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan
mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat
dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami
naik gunung.” ( Soe Hok Gie – Catatan Seorang Demonstran )
Era pecinta alam sesudah
meninggalnya Soe Hok Gie ditandai dengan adanya ekspedisi besar – besaran, dan
era berikutnya ditandai dengan Era 1969 – 1974, merupakan era antara masa
kematian Gie dan masa muncul munculnya Kode Etik Pecinta Alam .
Era ini menandai munculnya tatanan
baru dalam dunia kepecinta – alaman, dengan diisahkannya Kode Etik Pecinta Alam
( KEPAI ) di Gladian IV Ujungpandang, 24 Januari 1974. Ketika itu di barat juga
sudah mengenal suatu ‘Etika Lingkungan Hidup Universal’ yang disepakati pada
1972. Era ini menandakan adanya suatu babak monumental dalam aktivitas
kepecintaalaman Indonesia dan perhatian pada lingkungan hidup di negara –
negara industri. Lima tahun setelah kematian Gie, telah memunculkan suatu
kesadaran untuk menjadikan Pecinta Alam sebagai aktivitas yang teo – filosofis,
beretika, cerdas, manusiawi / humanis, pro – ekologis, patriotisme dan anti –
rasial.
Dalam Etika ‘Etika Lingkungan Hidup
Universal’ Ada 3 etika yang merupakan prinsip dasar dalam kegiatan petualangan
yaitu :
Take nothing but picture, Leave nothing but footprint, Kill noting but time.
Beberapa Kriteria Pecinta Alam
- Pecinta alam (hobby), yang termasuk katagori ini biasanya tidak memperdulikan kelestaria alam, hanya mencari kesenangan semata atau kepuasan pribadi. Misalnya seseorang senang melakukan suatu kegiatan di luar rumah,contoh :kemping, kemah, mancing, sepeda gunung dan sebagainya.
- Pecinta alam (petualang atau pengembara), yang termasuk Pencinta Alam disini, seseorang yang kegiatannya berpetualang atau mengembara dari satu tempat ke tempat lain. di mana daerah tersebut belum terjamah atau tidak banyak orang yang kesana.dan kegiatannya banyak mengandung resiko ( EXTREM ) orang tersebut mengetahui kekurangan dan ke lebihan atau bias membeda-bedakan suatu daerah. Suatu contoh gunung Ijen pada tahun 70 an dengan gunung Ijen sekarang, kalau dulu gunung Ijen tidak ada kotoran kuda, asap mobil, pondokan, jalan aspal, dan sebagainya. Tapi sekarang seperti yang kita ketahui kerusakan alam di mana-mana. Orang tergolong di sini masih kurang memperdulikan kelestarian lingkungan. Tapi dia sudah berusaha untuk melestarikan nantinya. Seseorang tersebut banyak mengeritik keadaan alam yang rusak.
- Pecinta alam (pelestarian alam atau lingkungan), pencinta alam yang tergolong disini menekankan kegiatannya pada pelestarian alam, kalau di Indonesia yang menekankan dibidang ini seperti G.N. ( pencinta alam Garuda Nusantara ). Kelompok tersebut kegiatannya banyak mengadakan konserfasi alam ( flora dan fauna ), dan melaporkan kerusakan alam ke ke pihak yang berwenang.
Comments
Post a Comment