75 Tahun Indonesia Merdeka?

Bertepatan dengan HUT RI ke-75, pagi ini saya mendapatkan pesan dari suatu grup yang cukup men-trigger saya dengan perkataan yang bisa dibilang 'halus' menggunakan bahasa Jawa Ngoko. Walaupun ada beberapa kata-kata yang sebenernya saya sendiri kurang setuju, namun pesan ini cukup menarik. Isi pesan tersebut adalah sebagai berikut:

Merdeka kok kenek pajek, wes kenek pajek sekolah bayar, kesehatan bayar, keamanan ora terjamin (kasus ngadu malah dipalaki). 

Ndue kekayaan alam melimpah ruah tapi dadi negara miskin, dialuske dadi berkembang. gek ngono seng nguasai seng ngelola dudu wong Indonesia.

merdeka dari segi fisik, dalam artian ora disikso, tapi dari segi eknomi, pendidikan, pemerintahan, benarkah merdeka?

Pertanyaan yang selalu terulang setiap tahunnya, 'Benarkah Indonesia Sudah Merdeka?'. Berangkat dari pesan diatas, saya mencoba melihat kilas balik kemerdekaan RI dari unggahan pribadi saya tahun lalu dengan judul Dirgahayu Republik Indonesia ke-74 masih dengan tema yang sama, yaitu Indonesia Maju. Namun, perbedaan tahun ini dapat kita lihat dari logo HUT RI yang terinspirasi dari simbol perisai dalam logo Garuda Pancasila. Dikutip dari Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia (Kemensetneg), dibalik logo ini memiliki arti yang begitu dalam, yaitu untuk menggambarkan Indonesia sebagai negara yang mampu memperkokoh kedaulatan, menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia. Logo kemerdekaan RI 75 tahun ini juga menyimbolkan arti dari kesetaraan dan pertumbuhan ekonomi untuk rakyat Indonesia, dan progres nyata dalam bekerja untuk mempersembahkan hasil yang terbaik kepada semua rakyat Indonesia.

Arti yang disampaikan dalam logo tersebut sangat bertentangan dengan pesan yang saya dapatkan, mungkin karena pesan tersebut hanya asumsi dari salah satu rakyat atau memang hasilnya yang belum terlihat karena masih progres? Selain terdapat perbedaan pada logo, ada juga perbedaan besar yang terjadi dalam memperingati kemerdekaan RI tahun ini yang bahkan belum pernah terjadi tahun-tahun sebelumnya.

Perbedaan yang dirasakan bangsa tahun ini adalah dengan adanya wabah atau pandemik covid-19 yang entah sampai kapan akan berakhir. Namun, hal ini tidak mengurangi jiwa-jiwa nasionalisme masyakarakat dimana upacara kemerdekaan tetap berjalan dengan lancar dan khidmat dengan mengikuti protokol kesehatan. Meskipun wabah yang sedang melanda tanah air ini memiliki grafik yang selalu naik, hal ini tidak membuat masyakarakat mengurungkan niatnya untuk merayakan hari kemerdekaan Indonesia. Sayangnya, tahun ini tidak banyak perlombaan-perlombaan yang biasanya sangat melekat dengan hari kemerdekaan atau lebih sering disebut dengan tujuh belasan. Hanya beberapa masyarakat yang tetap mengadakan perlombaan seperti tahun-tahun sebelumnya dengan mengikuti protokol kesehatan yang benar, namun ada juga yang mengadakan perlombaan tanpa mengikuti protokol kesehatan yang ada.

Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia (Kemensetneg) sudah membuat Panduan Peringatan Hari Ulang Tahun ke-75 Republik Indonesia Tahun 2020. Namun, tetap ada saja masyarakat yang tidak mengindahkan peraturan tersebut. Kabar baik yang seharusnya lebih mudah disebarluaskan justru selalu kalah dengan kabar atau berita yang sebenarnya tidak begitu esensial, bahkan menjadi bahan perdebatan, seperti logo HUT RI yang sempat menuai pro dan kontra pada awalnya.

Berlangsungnya upacara kemerdekaan yang diadakan di Istana Merdeka pagi ini tidak memiliki banyak tamu undangan, orang-orang penting yang biasanya hadir di momen sakral tersebut terpaksa harus menghadiri undangan secara daring dari tempatnya masing-masing. Tidak kehabisan akal, mereka juga meminta kepada seluruh masyarakat untuk mengikuti jalannya upacara dengan tidak melakukan aktivitas apapun selama tiga menit sebagai bentuk penghormatan, hal ini ditandai dengan adanya bunyi sirine di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Selain itu, munculnya berita mengenai uang baru tujuh puluh lima ribu rupiah juga turut meramaikan hari kemerdekaan Indonesia di tengah pandemik ini, disambut dengan antusias masyarakat yang menunggu rilisnya pecahan uang tersebut. 

Pada tulisan kali ini, saya tidak ingin menyoroti hal-hal yang berkaitan dengan logo HUT RI atau Covid-19. Saya hanya ingin menulis tentang hal yang berkaitan dengan kemerdekaan. Apakah Indonesia sudah benar-benar merdeka setelah dibacakannya teks proklamasi oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56?

Setelah berkibarnya bendera merah putih selama 75 tahun sampai hari ini, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Kemerdekaan sesungguhnya yang dimaksud disini adalah ketika rakyat merdeka dalam segala hal. Baik itu pendidikan, berpendapat, berkarya, mendapatkan haknya secara adil, dan masih banyak lagi kemerdekaan-kemerdekaan lainnya. Terutama dalam bidang pendidikan, terlihat jelas saat ini bahwa upaya penanganan pembelajaran secara daring belum bisa dilakukan secara maksimal, perangkat dan internet yang kurang memadai seringkali menjadi alasan anak-anak yang terpaksa meninggalkan pembelajaran. Berbeda dengan orang-orang yang tinggal di kota besar, mereka bisa menjalankan pembelajaran daring dengan nyaman dan koneksi internet yang jauh lebih stabil.

Bukan hanya masalah pendidikan, banyak contoh lain yang bisa diambil. Indonesia kaya akan sumber daya alam, namun Indonesia belum bisa dikatakan sebagai negara yang kaya. Kekayaan yang dimiliki oleh negara ini tidak bisa dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat. Seng nguasai seng ngelola dudu wong Indonesia. Dalam hal ini, sumber daya alam tidak pernah salah karena mungkin saja yang bermasalah ada pada sumber daya manusianya. Ada lagi masalah terkait sistem politik di negeri ini yang berjalan entah seperti apa dan bagaimana, tidak banyak yang bisa saya lihat dalam bidang ini karena saya tidak paham betul seperti apa dunia politik. Hanya saja, yang saya ketahui adalah bahwa keadilan belum bisa dilakukan secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat.

Kemerdekaan?

Kekerasan atau pelecehan terhadap perempuan? Seringkali menjadi makanan sehari-hari yang sering disajikan dalam berbagai portal berita. 

Rasisme, bukankah negara kita menganut Bhineka Tunggal Ika?

Kebebasan berpendapat? Saya tidak punya pendapat.

Bukankah seluruh masyakarat punya hak yang sama sebagai Warga Negara Indonesia?

Kemerdekaan Indonesia adalah milik bersama, milik seluruh lapisan masyarakat dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.

Indonesia Maju, begitu katanya. 


Comments

Popular posts from this blog

Flip-Flop

Membuat Jendela Konfirmasi Menghapus Data di Database

Perancangan Multiplexer